Bahagia Itu Seperti Menangkap Kupu-Kupu

Ada seorang pemuda di tepian telaga. Ia tampak termenung. Matanya kosong, menatap hamparan air didepannya…. Seluruh penjuru mata angin telah dilewatinya, namun tak satupun titik membuatnya puas. Kekosongan makin senyap sampai ada suara yang menyapanya. Ada orang lain disana. “sedang apa kau disini, anak muda?” Tanya orang itu. Rupanya seorang kakek tua. “Apa yang kau risaukan?” Anak muda itu menoleh, “Aku lelah Pak tua, telah berkilometer jarak kutempuh untuk mencari kebahagiaan, namun tak jua kutemukan rasa itu dalam diriku.. Aku telah berlari melewati gunung dan lembah, tapi tak ada tanda kebahagiaan yang hadir dalam diriku. Kemanakah Aku harus mencarinya?”

Kakek tua mengambil tempat disamping pemuda itu. Ia mendengarkan keluhan pemuda itu dengan penuh perhatian. Dipandanginya wajah lelah si pemuda. Lalu, ia berkata “di depan sana ada taman. Jika kau ingin jawabannya, tangkaplah seekor kupu-kupu buatku” Pemuda itu menatap Kakek itu, tidak percaya. Si Kakek menganggukan kepalanya, “ya, tangkaplah seekor kupu-kupu untukku dengan tanganmu.” Kakek itu mengulang kalimatnya. Perlahan pemuda itu bangkit. Ia menuju ke arah yang ditunjuk Kakek tadi,, ke taman….

Dan benar, ia menemukan taman itu. Taman yang semarak dengan pohon dan bunga-bunga bermekaran. Tak heran banyak kupu-kupu yang bertebrangan disana. Anak muda itu terus bergerak, mengendap-endap, ditujunya sebuah sasaran. Perlahan.. Hap..!!! luput.. L segera dikejarnya lagi kupu-kupu itu… Ia tak mau kehingan buruan..!! sekali lagi tangannya menyambar… Hap..!! gagal.. L Anak muda itu mulai berlari tak beraturan. Menerjang, kesana kesini, merobek ilalang, menerjang perdu, mengejar kupu-kupu itu. Gerakannya semakin liar. Sejam,, dua jam,, belum ada tanda-tanda pemuda itu akan berhenti… dan belum ada kupu-kupu yang tertangkap. Pemuda itu mulai kelelahan. Nafasnya memburu, dadanya bergerak naik turun dengan cepat. Tiba-tiba ada teriakan, “Berhenti dulu anak muda, istirahatlah” rupanya sang kakek. Ia berjalan perlahan. Tapi, lihatlah! Ada sekumpulan kupu-kupu bertebrangan di kedua sisinya. Beberapa hinggap di tubuh tua itu. “Begitukah caramu mengejar kebahagiaan?berlari dan menerjang? Menabrak-nabrak tak tentu arah, menerobos tanpa peduli apa yang kau rusak?” sang kakek itu menatap pemuda itu.

“Nak, mencari kebahagiaan itu seperti menangkap kupu-kupu. Semakin kau terjang, semakin ia akan menghindar. Semakin kau buru, semakin pula ia akan pergi dari dirimu. Tangkaplah kupu-kupu itu dalam hatimu. Telusuri rasa itu dalam kalbumu. Ia takkan lari kemana-mana. Bahkan tanpa kau sadari kebahagiaan itu sering datang sendiri.” Kakek tua itu mengangkat tangannya, dan seekor kupu-kupu hinggap di ujung jari. Terlihat kepak-kepak sayap kupu-kupu itu memancarkan keindahan. Pesonanya begitu mengagumkan. Kelopak sayap yang mengalun perlahan layaknya kebahagiaan yang hadir dalam hati. Warnyanya begitu indah, seindah kebahagiaan bagi mereka yang mampu menyelaminya. ^^

Teman, benar bahwa kebahagiaan layaknya menangkap kupu-kupu. Sulit bagi mereka yang terlalu bernafsu. Tapi mudah bagi yang tau apa yang mereka cari. Kita mungkin dapat mencarinya dengan menerjang sana-sini, atau menerobos sana-sini. Kita dapat saja mengejarnya dengan berlari kencang ke seluruh penjuru arah. Kita pun dapat meraihnya dengan bernafsu seperti menangkap buruan yang dapat kita santap setelah mendapatkannya.

Namun, kita belajar. Kita belajar bahwa kebahagiaan itu tak bisa didapat dengan cara-cara yang seperti itu. Kita belajar bahwa bahagia bukanlah sesuatu yang dapat digenggam atau benda yang dapat disimpan. Bahagia adalah udara. Kebahagiaan adalah aroma dari udara itu. Kita belajar bahwa bahagia itu memang ada dalam hati. Semakin kita mengejarnya, semakin pula kebahagiaan itu akan pergi dari kita. Semakin kita berusaha meraihnya, semakin pula kebahagiaan itu akan menjauh.

Teman, cobalah temukan kebahagiaan itu dalam hatimu. Biarkanlah rasa itu menetap dan abadi dalam hati kita. Temukanlah kebahagiaan itu dalam setiap langkah kita.
Dalam bekerja, dalam belajar, dalam menjalani hidup, dalam sedih, dalam duka kita, dalam air mata yang tumpah juga , dalam gembira, dalam sunyi, dan dalam riuh. Temukanlah bahagia itu dengan perlahan dalam tenang dan dalam ketulusan hati kita. Bahagia itu ada dimana-mana. Rasa itu ada disekitar kita. Bahkan, bahagia itu “hinggap” di hati kita, namun terkadang kita tidak memperdulikannya. Mungkin juga bahagia itu bertebrangan di sekeliling kita, namun kita terlalu acuh untuk menikmatinya.

0 buTterfLy:

 
Real Estate © 2010 Template design by Justinwoodie.com. Powered by Blogger.